Popular Post

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogroll

Flag Counter

UP

Blogger news

Free Blue Multi Glitter Pointer Cursors at www.totallyfreecursors.com

Map

Posted by : Unknown Selasa, 04 Juni 2013



Lebih Dari 70,000 CD JKT 48 Laris Terjual

Mendengar kabar kalau ada lebih dari 70,000 CD JKT 48 telah laris terjual pada Sabtu lalu membuat gue tertarik untuk tahu lebih lagi tentang grup ini. Gue mencoba menilik lebih jauh dengan mewawancarai mas Pitra Satvika yang cukup rajin mengikuti perkembangan grup adaptasi AKB 48 dari Jepang.

Keberadaan JKT 48 di bumi pertiwi Indonesia sudah ada sejak 2011 dan kali ini bukanlah rilisan CD pertamanya yang dilempar di pasaran. Sebelumnya CD bertajuk Heavy Rotation telah dipasarkan sejak bulan Februari 2013 dan dikabarkan terjual lebih dari 70,000 kopi. CD ini merupakan CD full-album berisikan 10 lagu dan diedarkan dalam dua versi. CD yang baru saja dirilis merupakan CD single berisikan 3 buah lagu dan bertajuk River. Rekor penjualan yang bisa diestimasikan adalah 3,000 kopi per hari untuk penjualan dua hari saja. Kedua CD tersebut dirilis oleh label rekaman Hits Records.

Gue mencoba untuk tidak terjebak pada debat kusir tentang JKT 48 yang katanya menjual sensual dan seksualitas remaja putri di tulisan gue ini. Lagi pula kalau soal menjual sex di bisnis musik banyak ditemukan kok pada banyak artis dan pernah gue ulas disini. Dan juga gue melihat bisnis musik tidak selalu menjual musik, bisnis musik menjual kaset, CD dan barang tangible. Untuk kalimat gue barusan akan gue jelaskan di tulisan gue di kesempatan lain.

Kembali lagi ke soal JKT 48. Obrolan santai dengan mas Pitra membuat gue sampai pada beberapa kesimpulan seperti:

JKT 48 dibentuk sebagai kekuatan brand dan bukan menonjolkan tiap individu personil didalamnya. Hal ini tentu akan dirasakan aman bagi investor karena menginvestasikan modalnya dengan mengurangi resiko pengkultusan kepada satu atau beberapa individu personil grup tersebut. Mudahnya begini, ini bagaikan boyband Take That yang biarpun Robbie Williams digantikan dengan Widi Asmoro tetap namanya Take That.
JKT 48 menciptakan value dan reason to buy terhadap apa yang diproduksinya. Tulisan gue sebelumnya tentang JKT 48 sempat menyinggung soal penggemar mereka yang menggangap para personil JKT 48 bak saudara perempuan yang perlu dibela. Menurut gue hal ini adalah sebuah kisah yang menjadikan alasan para penggemar untuk membeli produk-produk yang bermerk JKT 48 dan juga rajin datang ke konsernya. Para penggemarnya yang kebanyakan adalah remaja yang usianya dibawah 18 hingga 24 tahun sedang mengalami peer-pressure. Mengutip Santor, Messervey, Kusumakar “Peer pressure is defined as the social pressure to adopt certain behaviors in order to fit in with others”. Kondisi ini memaksa mereka untuk mengikuti apa yang lagi disuka oleh remaja seusianya untuk dapat diterima dan kebetulan remaja seusianya saat ini sedang suka dengan JKT 48.
It’s not about only the music. JKT 48 merupakan satu paket hiburan yang didengar, dilihat, dipegang dan juga dirasakan. CD dan merchandise menjadi gimmick yang tangible untuk dibawa pulang sebagai momen kenangan menyaksikan JKT 48. Yang intangible sepeti bersentuhan pun dimasukkan dalam paket hiburan ini. Oke jangan ngeres dulu. Sebuah gimmick lainnya dari brand JKT 48 adalah penjualan kesempatan berjabat tangan (hand-shake). Kenapa jabat tangan kemudian jadi komoditas padahal kan kalau mau bisa didapatkan secara gratis. Sama aja dengan air minum yang dijual bebas tetapi kalau sudah dalam bentuk kemasan maka harganya menjadi mahal. Rasa langka yang diciptakan dari kemasan ini yang membuat penggemarnya rela mengeluarkan kocek untuk mendapatkan kesempatan berjabat tangan meski hanya 10 detik. Penggemar diberikan imajinasi untuk dapat bermain-main dengan brand JKT 48. Gue mencoba merasionalisasikan dengan ambil contoh Maroon 5, siapa sih cewek yang nggak mau berjabatan tangan sama Adam Levine? Dan bagaimana bila kesempatan jabat tangan itu dikomersilkan? Coboy Junior (CJR) juga melakukan hal yang sama dan kalau nggak salah mematok harga sekitar Rp. 500.000 untuk kesempatan bertemu dan berbincang (meet and greet).
JKT 48 atau mungkin dalam hal ini Dentsu not reinventing the wheel. Mereka meramu apa yang sudah ada menjadi satu lewat brand JKT 48 dan kembali lagi faktor keberuntungan disini berperan membawa mereka dikenal luas dan digemari serta dibenci sekaligus. Lalu apakah apa yang dilakukan JKT 48 dapat ditiru dan diterapkan pada grup atau musisi lain?

Angka 70,000 kopi CD JKT 48 terjual dalam kurun waktu yang singkat memang cukup fantastis. Grup band Noah yang memanfaatkan jalur distribusi KFC telah menjual 1 juta kopi CD dalam waktu 3 bulan. Sayangnya belum ada pernyataan resmi dari ASIRI (Asosiasi Industri Rekaman Indonesia) yang merupakan asosiasi yang memonitor penjualan CD dengan mengambil data penjualan pita cukai yang ada di tiap CD.

Saat yang nyaris bersamaan, minggu lalu Cherry Belle juga baru saja merilis album barunya. Baik JKT 48 maupun Cherry Belle berangkat dari kotak genre yang sama yaitu girl-band. Gue belum mendengar pengakuan angka penjualan sefantastis JKT 48 dari pihak Cherry Belle. Memang rezeki sudah ada yang ngatur, bagaimana strategi untuk mencuri perhatian pecinta musik agar jatuh cinta pada musik yang ditawarkan menjadi sebuah tantangan bagi para musicpreneur!

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 Skyzer Zone Blogspot - Kurumi Tokisaki - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -